Jakarta – Perusahaan keamanan siber Armis, mengatakan sebanyak 70% dari klien perusahaan ini meminta DeepSeek diblokir karena perlindungan privasi yang lemah.
“Kekhawatiran terbesar mereka adalah potensi kebocoran data model AI ke pemerintah China. Anda tidak tahu ke mana informasi Anda akan pergi,” kata Chief Technology Officer (CTO) Armis, Nadir Izrael pada Senin (3/2/2025).
Begitupula sebagian besar klien perusahaan keamanan jaringan, Netskope membatasi akses karyawan ke website tertentu. Apalagi, sejumlah badan pemerintah seperti Amerika Serikat (AS) juga melarang pegawainya mengakses DeepSeek seperti National Aeronautics and Space Administration (NASA), United States Department of Defence (Deparremen Pertahanan AS), dan United States of Navy (Angkatan Laut).
Kementerian Digital Taiwan juga meminta badan pemerintah lainnya untuk tidak menggunakan layanan AI DeepSeek untuk mencegah risiko terhadap keamanan informasi.
Sementara itu, pemerintah Korea Selatan (Korsel), Prancis, Italia, dan Irlandia akan menyelidiki bagaimana DeepSeek mengelola data pribadi pengguna.
Menurut kebijakan privasinya, DeepSeek mengumpulkan tombol yang ditekan, input teks dan audio, data yang diunggah, feedback, riwayat chat, dan konten lainnya untuk melatih model AI-nya.
Data DeepSeek disimpan China yang mewajibkan perusahaan membagikan data ke badan intelijen negara tersebut
Perusahaan keamanan siber Wiz menemukan database milik DeepSeek berisi riwayat chat, log, dan informasi sensitif lainnya yang bisa diakses secara publik. Database itu diamankan oleh DeepSeek setelah dilaporkan oleh Wiz. (adm)
Sumber: detik.com