Kenaikan Harga Pangan dan Ancaman Kemerosotan Ekonomi Bebani Pikiran Konsumen

Jakarta – Laporan Mid-Year Consumer Outlook: Guide to 2025 yang dirilis The NielsenIQ Indonesia Executive Summit di Jakarta menyebutkan konsumen masih tetap optimistis dalam melihat kondisi perekonomian Indonesia.

Konsumen Indonesia juga merasa lebih baik dibandingkan lebih buruk dengan angka sebesar 38,4% dibandingkan konsumen di global dengan angka sebesar -2,6%.

Hal ini dilandasi oleh outlook pertumbuhan perekonomian Indonesia yang diperkirakan stabil hingga 2025. Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh dari 5,1% pada 2024 menjadi 5,2% pada 2025.

Pertumbuhan ekonomi ini didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 54,5% dan inflasi mengalami penurunan, kecuali sektor makanan, minuman, rokok, perawatan pribadi, dan jasa.

Tingkat kepercayaan diri konsumen Indonesia ternyata tidak seoptimistis sebelumnya, yaitu setelah post-pandemic atau pada periode recovery.

Kenaikan harga pangan dan ancaman kemerosotan ekonomi terus menjadi faktor utama yang membebani pikiran konsumen, sehingga mereka lebih berhati-hati dan lebih strategis dalam menggunakan uangnya.

Bahkan, kekhawatiran ini telah memicu 83% konsumen secara aktif mencari penghasilan tambahan di luar pekerjaan utama mereka. Selain itu sebanyak 23% mengatakan akan menambah utang mereka untuk mencukupi kebutuhan dan gaya hidup mereka.

Konsumen Indonesia akan tetap membelanjakan uangnya untuk fast moving consumer goods (FMCG), meskipun terjadi kenaikan harga.

Namun, mereka menjadi lebih eksperimental untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dan lebih baik dari produk-produk yang mereka beli. Selain itu, mereka juga lebih selektif terhadap pilihan brand.

Sangat penting bagi industri untuk selalu memantau perilaku belanja konsumen ketika PDB tumbuh lebih tinggi dari inflasi namun tingkat keyakinan konsumen tidak lagi setinggi sebelumnya.

Sebab ini menandakan ketidakpastian yang mendasari tentang masa depan. Pengeluaran mungkin akan terus berlanjut.

“Namun bisa jadi ragu-ragu dalam membuat komitmen keuangan jangka panjang, juga konsumen mungkin akan mengalihkan perilaku belanja mereka ke barang-barang yang lebih penting, lebih menghemat pengeluaran mereka akan cenderung memilih produk-produk yang diskon,” kata FMCG Commercial Leader, NIQ Indonesia, Dena Firmayuansyah.

“Mengetahui perilaku konsumen sangat penting agar dapat membangun dan mempertahankan keunggulan kompetitif.”

Konsumen Indonesia masih percaya diri, tapi tak sebesar sebelumnya. Konsumen yang tercatat masih menabung dan merasa secure secara finansial turun dari 26% pada pertengahan 2023 menjadi hanya 13% pada pertengahan 2024.

Sebenarnya, mereka tidak terdampak secara keuangan tapi lebih berhati-hati dalam pengeluaran, naik dari 34% pada 2023 menjadi 41% pada 2024.

Kekhawatiran mereka dilandasi antara lain kenaikan harga makanan sebesar 37% dan penurunan ekonomi sebesar 27%.

Banyak peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia akibat isu lingkungan sebesar 16% dan kenaikan harga transportasi sebesar 14%, dan utilitas sebesar 13%.

Konsumen menjadi lebih memikirkan kesejahteraan/kebahagiaan pribadi dan keamanan kerja mereka. Berbagai kekhawatiran tersebut memicu 83% konsumen secara aktif mencari pendapatan tambahan di luar pekerjaan utama mereka.

Malahan sebanyak 23% mengatakan akan menambah utang mereka untuk mencukupi kebutuhan dan gaya hidup mereka.

Walau terjadi penurunan dalam alokasi belanja untuk FMCG, tapi terjadi kenaikan belanjamakanan, terutama di kalangan lower income naik dari 27,3% menjadi 26,5% pada 2023.

Selain itu leisure (pakaian, rekreasi, dan makan di luar) untuk semua segmen pendapatan (income). Namun, kenaikan ini lebih dipicu oleh kenaikan harga ketimbang volume.
Belanja untuk barang-barang teknologi seperti handphone, TV, kulkas, AC, dan laptop meningkat pada 12 bulan menjelang pertengahan 2024 dalam penjualan dan volume.

Faktor-faktor yang mendorong pembelian konsumen Indonesia:
Untuk kebutuhan barang-barang teknologi, konsumen bersedia membayar lebih untuk kualitas yang tahan lama.

Sebanyak 71% bersedia membeli produk premium dengan harga Rp9 jutaan sampai Rp10 jutaan yang lebih tahan lama, sebab mereka hanya akan mengganti perangkatnya tiga tahun sekali atau lebih.

Di sektor FMCG, konsumen lebih eksperimental dalam pembeliannya untuk mendapatkan pengalaman yang lebih baik. Untuk aktivitas memasak di rumah, hampir separuh konsumen mengatakan akan membeli lebih dari lima kategori produk.

Dari sisi snacking sebanyak 50,1% mengatakan akan membeli lebih dari dua kategori produk, dan untuk kecantikan sebanyak 22,8% akan membeli lebih dari tiga kategori produk.

Walau lebih eksperimental, konsumen menjadi lebih selektif terhadap brand yang dipilih. Mereka akan mengorbankan sejumlah brand dalam beberapa kategori supaya keranjang belanjanya tetap terkendali.

Hal ini akibat saat ini ada lebih banyak pilihan brand untuk satu kategori yang dipajang di toko atau di pasar dan banyaknya promosi membuat konsumen bisa lebih mengendalikan keranjang belanja mereka.

Dampak dari perilaku belanja eksperimental dan selektif, menuju 2025:
Posisi top limaq brand tidak aman dan terus mengalami penurunan sales value. Top brand sereal konsisten turun sebesar 85% pada 2022 menjadi 84% pada 2023 dan 83% pada 2024.

Top brand untuk cooking milk juga turun terus dari 93% (2022) menjadi 91% (2023) dan 89% (2024). Brand minyak goreng turun dari dari 50% pada 2022 menjadi 42% pada 2024.

Konsumen Indonesia juga bersedia membayar lebih besar untuk kenyamanan dan kepuasan hidup. Sebanyak 58% konsumen mengatakan akan mengeluarkan sedikit uang ekstra untuk membuat satu momen atau hari dalam seminggu lebih istimewa atau menyenangkan.

Kemudian, sebanyak 64% mengatakan akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk pengalaman di rumah untuk menghemat biaya restoran dan hiburan. Lalu, sebanyak 57% akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk format produk yang mudah digunakannya.

Untuk menghemat pengeluaran belanja FMCG, sebanyak 46% konsumen mengatakan belanja online sangat membantu untuk mendapatkan penawaran yang lebih bagus.

Selanjutnya, sebanyak 46% kosumen akan mengendalikan keranjang belanja mereka, sedangkan sebanyak 38% konsumen akan beralih ke produk yang harganya lebih murah, dan sebanyak 36% akan membeli lebih banyak barang yang didiskon.

Sebanyak 33% konsumen akan memanfaatkan teknologi digital untuk mendapatkan penawaran harga yang lebih baik. Walau pemanfaatannya masih rendah yang dilandasi kekhawatiran akan privasi data sebanyak 45% dan berharap sebanyak 46% manusia membantu.

Selain itu teknologi artificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) mulai dianggap berperan dalam memberikan pengalaman pembelian yang lebih baik bagi konsumen. Sebanyak 49% konsumen akan menerima rekomendasi produk dari AI assistant mereka.

Berikutnya, sebanyak 51% konsumen akan memanfaatkan AI untuk mempercepat pengambilan keputusan saat berbelanja.

Untuk mempertahankan daya saingnya, Industri perlu beradaptasi secara strategis terhadap perubahan dan lanskap yang makin kompetitif menuju 2025. Mulai dari menyeimbangkan antara harga yang terjangkau dan value dan memberikan diferensiasi produk untuk mempertahankan loyalitas.

“Memanfaatkan teknologi untuk menjangkau konsumen dan menawarkan pengalaman belanja yang lebih dipersonalisasi melalui berbagai platform digital, termasuk menyediakan produk premium dan kenyamanan bagi konsumen yang bersedia membayar lebih,” ujar Analytic Leader, NIQ Indonesia, Bramantiyoko Sasmito.

Studi Mid-Year Consumer Outlook: Guide to 2025 memberikan insight utama bagi bisnis untuk menavigasi berbagai tren dan menyusun rencana strategis agar terus bertumbuh.

The NielsenIQ Indonesia Executive Summit juga merayakan pencapaian dan terobosan di industri melalui NIQ BASES Breakthrough Innovation Award.

Setiap tahun banyak inovasi baru diluncurkan di Indonesia seperti inovasi-inovasi yang berhasil melakukan terobosan.

NIQ BASES Breakthrough Innovation Awards telah memasuki tahun ke-13, sehingga kami akan memberikan penghargaan kepada produk-produk baru terbaik di dunia, termasuk di Indonesia.

Kategori Winner:
1.PT Beiersdorf Indonesia dengan produk Nivea Brightening Hijab Deodorant Roll On (Cool, Soft, Fresh)
2.PT Akasha Wira International, Tbk. dengan produk Mujigae Strawberry Banana Milk 
3.PT Siantar Top, Tbk. dengan produk French Fries 2000 Level 3
4.PT Unilever Indonesia, Tbk. dengan produk Buavita Korean White Peach
5.PT Kapal Api Global dengan produk Deterjen Sayang (Lavender, Original, Rose)
6.PT Unilever Indonesia, Tbk. dengan Closeup Multivitamin Complete Fresh Protection

Kategori Wavemaker:
1.PT Paragon Technology and Innovation dengan produk Wardah UV Shield Airy Smooth Sunscreen Serum SPF 50 PA++++
2.PT Cisarua Mountain Dairy Tbk dengan produk Cimory UHT Milk Chocolate Mint dan Cimory UHT Milk Peanut Butter
3.PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan produk Indomie Kuliner Indonesia Rawon Pedas Mercon
4.PT Kaldu Sari Nabati Indonesia dengan produk Nabati Ahh Korean Goguma
5.PT Unilever Indonesia, Tbk. dengan produk Magnum Matcha Crumble. (adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *