Jakarta – FalconFeedsio lewat akun X.com menyebutkan data yang diduga milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dijual di akun Aptikakominfo di BrenchForum.
Data ini berisi data pribadi, lisensi software sistem keamanan dan dokumen kontrak dari Pusat Data Nasional (PDN) dari 2021 hingga 2024. Semua data tersebut dijual seharga US$121.000 atau sekitar Rp1,9 miliar.
Untuk membuktikan data yang dijual asli, sang hacker memberikan sample berupa lisensi software, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor rekening bank dan nomor bank.
Sebelumnya FalconFeedsio memuat postingan informasi data bocor diduga milik Ditjen Perhubungan udara. File berukuran lebih dari 3 Giga Byte (GB) berisi data pegawai, password seluruh pengguna aplikasi dan website, foto KTP pegawai, sertifikat peserta pilot drone, dan data penerbangan terkait pesawat.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan data yang diduga bocor adalah data-data lama yang sudah tidak diperbaharui. Kementerian itu mengasumsikan peretasan terjadi pada masa lalu.
“Data yang diduga mengalami kebocoran adalah data-data lama yang sudah tidak update sehingga diduga pelanggaran (peretasan) dimaksud terjadi di masa lalu,” ujar Juru Bicara Kemenhub, Adita Irawati.
Database milik Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang juga mengalami kebocoran dan dibahas oleh akun FalconFeedsio. Kejadian ini dilakuka penelusuran dan penanganan oleh Pemkot Semarang.
“Akhirnya kita koreksi satu-satu termasuk kemarin yang kita undang eksklusif Bappeda, Bapenda, RPKAD, BBJB. Dari sana sampaikan diketahui kita kena. Kita minta keterangan teman-teman unit kerja,” ujar Kepala Dinas Kominfo Kota Semarang, kata Soenarto,
Dari langkah ini dianggap data tidak hilang dan operasional server juga berjalan normal, sehingga beda dengan kondisi peretasan Pusat Data Nasional (PDN).
“Dari teman-teman secara dampak visual, jaringan server beroperasional, database disampaikan masih bisa diakses. Kondisi berbeda dengan di PDN. Tampaknya kebocoran dari username password teman-teman,” ucapnya
Soenarto juga berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan diketahui untuk mayoritas kebocoran username password ada pada website atau aplikasi Simpatik yang digunakan oleh internal ASN.
“Report dari BSSN, paling besar (kebocoran dari) username password dari Simpatik,” ujarnya.
Sumber: detik.com