Jakarta – Consulting Ensign InfoSecurity menilai hacker mulai memanfaatkan antificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) untuk melakukan kejahatan siber.
Kondisi ini diantisipasi perusahaan keamanan siber dengan meningkatkan deteksi malware dan kebocoran.
“Kita lihat tren penyerang mereka menggunakan AI terutama dari bagian pengintaian atau bagian awal,” kata Head of Consulting Ensign InfoSecurity Indonesia Adithya Nugraputra dalam media briefing di Jakarta pada Rabu (15/5/2024).
Tindakan hacking diawali dengan menargerkan suatu organisasi seperti perusahaan. Kemudian, dia melihat sistem yang dipakai perusahaan.
“Kita sebut reconnaissance atau pengintaian. Dia bisa pakai AI untuk ambil banyak data lalu melakukan pengintaian dengan automation, dengan mudah,” ujarnya.
Adithya Nugrahaputra mengungkapkan attacker menggunakan AI untuk membuat serangan phishing. Hal ini dianggap lebih meyakinkan dan spesifik.
“Misalnya dengan mempelajari bahasa dan cara penulisan di sebuah organisasi atau bisnis, hingga mengetahui topik apa yang sedang ramai dibicarakan karyawan di perusahaan tersebut,” tuturnya.
AI juga dipakai untuk mengembangkan senjata siber baru bernama polimorfisme. Senjata ini bisa membuat kode di dalam malware terus berubah-ubah sehingga perusahaan penyedia layanan siber kesulitan melacaknya.
“Attacker mulai mencari kelemahan sistem AI milik perusahaan agar bisa memanipulasi output sistem tersebut,” ucapnya. (adm)
Sumber: detik.com