Jakarta – Intel berkolaborasi dengan Hewlett Package Enterprise (HPE) dan Argonne National Laboratory milik Departemen Energi Amerika Serikat (AS) memproduksi sebuah komputer super bernama Aurora berkecepatan menembus hitungan Exascale.
Sebelumnya, komputer yang menembus level itu adalah Frontier dengan prosesor Advanced Micro Devices, Inc (AMD).
Sebenarnya, Aurora sudah muncul sejak 2023, bahkan pada November 2023 sudah masuk Top500 sebagai komputer terkencang di dunia nomor 2. Namun saat itu sistemnya belum berjalan secara penuh, dan hanya punya kemampuan komputasi 585 petaFLOPS.
Aurora juga belum beroperasi penuh, sekalipun jumlah prosesor dan akselerator Graphic Processing Unit (GPU) yang dioperasikan 21.248 prosesor Intel XEON Central Processing Unit (CPU) Max dan 63.744 akselerator Intel Data Center GPU Max.
Dalam pengujian terakhir, performanya mencapai 1.012 exaflops, sekalipun jumlah node yang aktif baru 9.234 dari 10.624.
Hal ini lebih tinggi saat menjalankan benchmark HPL-MxP mixed-precision, dengan skor 10,6 exaflops untuk performa AI, padahal 89% sistemnya yang aktif.
Pengujian ini berbeda dengan Linpack yang menggunakan FP64 Precision, HPL-MxP menggunakan FP32 dan FP16, yang lebih mencerminkan kemampuan pengolahan AI.
Sementara itu FP64 lebih banyak dipakai di komputasi sains tradisional, sementara komputasi AI dan banyak aplikasi lainnya menggunakan presisi yang lebih rendah. Artinya, Linpack sebenarnya bukan satu-satunya pengukur kemampuan asli dari sebuah komputer super.
Aurora belum bisa beroperasi penuh karena sejumlah masalah di sistemnya seperti pendinginan, operasional, dan ketidakstabilan jaringan. Kalaupun nanti sudah beroperasi penuh, Aurora tetap belum bisa menyalip skor benchmark Frontier.
Frontier memiliki kemampuan komputasi 1.206 exaflops, atau sekitar 19% lebih tinggi dari Aurora, dari 87% komponen yang beroperasi. (adm)
Sumber: detik.com