Jakarta – Kreator konten bisa menerapkan SEO untuk mendapatkan poin search value yang lebih banyak di TikTok. Langkah ini dengan cara memposting konten tentang topik yang sedang viral dicari pengguna lewat kolom search di TikTok.
Kreator konten bisa menganalisis pencarian yang sedang tren/viral di kalangan pengguna dengan search value. TikTok menyediakan tools bernama Creator Search Insights untuk mengetahui konten sedang viral.
Dengan begitu kreator konten bisa menganalisis pencarian yang sedang tren/viral di kalangan pengguna TikTok. Tools ini mirip Google Trends, sehingga kreator dapat melihat topik mana yang paling populer berdasarkan skor popularitas atau label Rekomendasi Topik.
Menurut jurnalis The Verge di akun TikTok bahwa TikTok menandai outfit dari serial Succession sebagai topik yang direkomendasikan untuk dibuat menjadi konten. Topik viral lain yang direkomendasikan Creator Search Insights meliputi muffin strobero, Grand Oasis Cancun, hal-hal yang dilakukan paling hemat, dan hal-hal penting untuk backpacking.
Jika kreator membuat konten berdasarkan rekomendasi tersebut dan videonya dinikmati banyak pengguna akan meningkatkan search value dari pembuat konten.
TikTok tidak mengungkap secara eksplisit berapa bayaran yang akan didapatkan pengguna jika membuat konten berdasarkan berdasarkan topik tren di Creator Search Insights. Namun, search value akan diperhitungkan dalam program monetisasi Creator Rewards.
Program monetisasi kreator juga menggunakan orisinalitas, durasi pemutaran, dan interaksi penonton untuk menentukan berapa banyak penghasilan kreator. Program Creator Rewards yang baru menggantikan dana awal pembuat konten sebesar US$1 miliar (sekitar Rp15,7 triliun) dengan fokus baru pada video berdurasi lebih dari satu menit,
TikTok mendorong kreator membuat video berdasarkan topik yang viral untuk membuat pengguna sering melakukan pencarian di TikTok. Jika pengguna menelusuri tempat servis penyedot debu terbaik di tempat X dan tidak terdapat video relevan di TikTok, maka menjadi masalah bagi TikTok.
Dengan begitu pengguna mungkin akan meninggalkan aplikasi dan mencarinya di Google Search/Maps. Jadi, TikTok semakin serius berperan sebagai mesin pencari.
Laporan Adobe pada Januari 2024 menyebutkan dua dari lima orang di Amerika Serikat (AS) menggunakan TikTok untuk melakukan pencarian. Satu dari 10 pengguna Gen Z lebih cenderung menggunakan TikTok dibandingkan Google.
Bahkan, pada 2022 eksekutif Google sudah memperingatkan keberadaan TikTok search value. Jadi, wakil presiden senior Google, Prabhakar Raghavan menjalankan Knowledge and Information organization, sehingga sejumlah pengguna internet yang masuk dalam kelompok generasi Z lebih mengandalkan TikTok dan Instagram untuk menemukan sesuatu.
“Dalam penelitian kami, hampir 40 persen anak muda, ketika mereka mencari tempat untuk makan siang, mereka tidak membuka Google Maps atau Google Search, melainkan mereka membuka TikTok atau Instagram,” katanya.
Prabhakar Raghavan mengemukakan kueri atau pertanyaan yang dimasukkan pengguna muda sangat berbeda dari yang biasa didapatkan Google. Hal ini menyadarkan bahwa pengguna muda memiliki harapan dan pola pikir baru yang berbeda dari yang biasa ditemukan Google.
Google mengonfirmasi bahwa penelitian internal yang disampaikan Prabhakar Raghavan melibatkan survei pengguna AS dari rentang usia 18 hingga 24 tahun. Rentang usia tersebut termasuk ke dalam kelompok Gen Z.
Beresfod Research melaporkan Gen Z adalah seseorang kelahiran 1997-2012 dan berusia antara 10-25 tahun pada 2022. (adm)
Sumber: kompas.com